Jumat, 22 November 2019


Mantan itu Teman

          “JULIO SUDAH SENDIRI?!”, kagetku dalam hati. Akhirnya mereka berpisah, kan? Sebenarnya lumayan lega mendengar kabar ini, karena aku sudah hampir dua tahun menyukai Julio secara diam-diam. Selama ini aku hanya bisa menahan perasaanku padannya. Kenapa? Karena dia memiliki seorang kekasih. Tetapi, sekarang sudah waktunya aku melangkah demi mendapatkan hati seorang anak laki-laki yang kusuka selama ini.
            Segala cara sudah kucoba untuk mendekatkan diri pada Julio. Ya! Hasil memang tidak pernah mengkhianati usaha. Kami berdua dekat kemudian menjalin hubungan spesial. Julio benar-benar seperti yang kuharapkan sejauh ini. Dia rajin, sangat semangat dalam belajar, dan sangat mengerti keadaanku. Sampai setelah liburan kenaikan kelas, Julio sedikit berubah.
            Hitungannya aku dan Julio sudah menjalin hubungan selama 4 bulan. Entah kenapa, Julio sekarang selalu sibuk dengan gadget-nya dengan alasan sedang bermain untuk refeshing. Tetapi, rasanya dia semakin cuek padaku. Semua itu karena dia sibuk sendiri sama game online yang lagi nge-trend. Dan menurutku ini sudah kelewatan, sampai-sampai dia males ngerjain tugas, males belajar yang menyebabkan nilainya turun drastis. Sumpah, kesal banget sama dia. Bahkan katanya, kakaknya juga kesal sama dia karena ketika di rumah dia tidak mau membantu orang tua dan lebih mementingkan gadget-nya.
            Sampai suatu hari, kakaknya sudah sangat marah karena tingkah  Julio. Semua disalahin sama kakaknya, dan aku jadi sasaran utama. Kenapa? Karena kakaknya berpikir bahwa Julio betah main gadget karena asik chatting-an denganku. Aneh, kan? aku saja kesal pada Julio, tapi malah dikira penyebab masalahnya. Tak lama kemudian aku mendapat notifikasi dari kakaknya Julio. “Dek, kamu benar pacarnya Julio?”, tanya kakaknya Julio dan aku langsung mengiyakan. “Julio akhir-akhir ini susah diatur dan sibuk sama gadget-nya, sekarang kan udah mau ujian dan Julio butuh belajar, kamu sendiri juga pasti perlu kan? Aku mau tanya, kalau seandainya kamu putus sama Julio, gimana? Maksudku, biar kalian sama-sama fokus belajar.”, ujar kakaknya Julio yang bikin mataku melotot ketika membaca dua kalimat akhir dalam pesannya. Dengan berat hati aku mengikuti permintaan kakaknya Julio.
            Keesokan harinya, aku dan Julio duduk bersama di bangku taman kompleks untuk membicarakan bagaimana kelanjutan hubungan kami. Aku menceritakan semua yang kakaknya sampaikan padaku dan kami sepakat untuk mengakhiri hubungan ini dan bisa fokus belajar. Sedih sebenarnya, tapi ya mau bagaimana lagi. Awalnya, aku  sempat lost contact denganya dan sekalinya ketemu malah seperti orang tidak kenal. Padahal dulu kami pernah bahagia bersama. Duhh.. Kenapa begini kisah percintaanku.
            Tapi seiring berjalannya waktu, hubungan pertemananku dengan Julio akhirnya membaik. Kami masih sering mengobrol dan jajan bersama di kantin. Bagus, kan? Tidak musuhan sama mantan. Sekitar satu bulan setelah berakhirnya hubungan kami, aku berniat untuk mengembalikan salah satu barang pemberian Julio, tapi dia menolak dengan halus dan memintaku untuk menyimpan barang itu sebagai kenang-kenangan. Hubungan kami benar-benar bisa dikatakan sangat baik sebagai mantan.
            Dari sini aku belajar banyak hal. Pertama, aku harus belajar ikhlas untuk melepas sesuatu demi kebaikan orang yang aku sayang. Kedua, aku harus bisa bersikap dewasa ketika menghadapi suatu masalah dalam hubungan. Ketiga, aku harus bisa membawa dan memberi pengaruh baik terhadap lingkunganku khususnya semua orang yang kusayang. Jangan berlebihan ketika menanggapi suatu masalah, tetapi harus bisa mengkritisi suatu masalah dengan bijaksana sehingga tidak ada orang yang terluka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar