Mantan itu Teman
“JULIO
SUDAH SENDIRI?!”, kagetku dalam hati. Akhirnya mereka berpisah, kan? Sebenarnya
lumayan lega mendengar kabar ini, karena aku sudah hampir dua tahun menyukai
Julio secara diam-diam. Selama ini aku hanya bisa menahan perasaanku padannya.
Kenapa? Karena dia memiliki seorang kekasih. Tetapi, sekarang sudah waktunya
aku melangkah demi mendapatkan hati seorang anak laki-laki yang kusuka selama
ini.
Segala
cara sudah kucoba untuk mendekatkan diri pada Julio. Ya! Hasil memang tidak pernah
mengkhianati usaha. Kami berdua dekat kemudian menjalin hubungan spesial. Julio
benar-benar seperti yang kuharapkan sejauh ini. Dia rajin, sangat semangat
dalam belajar, dan sangat mengerti keadaanku. Sampai setelah liburan kenaikan
kelas, Julio sedikit berubah.
Hitungannya
aku dan Julio sudah menjalin hubungan selama 4
bulan. Entah kenapa, Julio sekarang selalu sibuk dengan gadget-nya
dengan alasan sedang bermain untuk refeshing. Tetapi, rasanya
dia semakin cuek padaku. Semua itu karena dia sibuk
sendiri sama game online yang lagi nge-trend. Dan menurutku ini sudah kelewatan, sampai-sampai dia males
ngerjain tugas, males belajar yang
menyebabkan nilainya
turun drastis. Sumpah, kesal banget sama dia. Bahkan katanya, kakaknya juga kesal sama dia karena
ketika di rumah dia tidak mau membantu orang tua dan lebih
mementingkan gadget-nya.
Sampai suatu hari, kakaknya sudah sangat marah karena
tingkah Julio. Semua disalahin sama
kakaknya, dan aku
jadi sasaran utama. Kenapa? Karena kakaknya berpikir
bahwa Julio betah main gadget
karena asik chatting-an denganku. Aneh, kan? aku saja kesal pada Julio, tapi malah dikira penyebab masalahnya.
Tak lama kemudian aku
mendapat notifikasi dari
kakaknya Julio. “Dek, kamu benar pacarnya Julio?”, tanya kakaknya Julio dan aku langsung mengiyakan.
“Julio akhir-akhir ini susah diatur dan sibuk sama gadget-nya, sekarang kan udah mau ujian dan Julio butuh belajar,
kamu sendiri juga pasti perlu kan? Aku mau tanya, kalau seandainya kamu putus
sama Julio, gimana? Maksudku, biar kalian sama-sama fokus belajar.”, ujar
kakaknya Julio yang bikin mataku
melotot ketika membaca dua kalimat akhir dalam pesannya. Dengan berat hati aku mengikuti permintaan kakaknya Julio.
Keesokan harinya, aku dan Julio duduk bersama di bangku taman
kompleks untuk membicarakan bagaimana kelanjutan
hubungan kami. Aku menceritakan semua yang kakaknya
sampaikan padaku
dan kami sepakat untuk
mengakhiri hubungan ini dan
bisa fokus belajar. Sedih sebenarnya,
tapi ya mau bagaimana
lagi. Awalnya, aku sempat lost
contact denganya dan
sekalinya ketemu malah seperti
orang tidak kenal. Padahal dulu kami pernah bahagia bersama. Duhh.. Kenapa begini kisah
percintaanku.
Tapi seiring berjalannya waktu,
hubungan pertemananku
dengan Julio akhirnya
membaik. Kami
masih sering mengobrol
dan jajan bersama
di kantin. Bagus, kan? Tidak
musuhan sama mantan. Sekitar satu
bulan setelah berakhirnya hubungan kami,
aku berniat untuk
mengembalikan salah satu barang pemberian Julio, tapi dia menolak dengan halus dan
memintaku untuk menyimpan barang
itu sebagai kenang-kenangan. Hubungan kami benar-benar bisa dikatakan sangat
baik sebagai mantan.
Dari sini aku belajar banyak hal.
Pertama, aku
harus belajar ikhlas untuk
melepas sesuatu demi
kebaikan orang yang aku
sayang. Kedua, aku
harus bisa bersikap dewasa ketika menghadapi suatu masalah dalam hubungan.
Ketiga, aku harus bisa membawa dan
memberi pengaruh baik terhadap lingkunganku
khususnya semua orang yang kusayang.
Jangan berlebihan ketika menanggapi suatu masalah, tetapi harus bisa
mengkritisi suatu masalah dengan bijaksana sehingga tidak ada orang yang
terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar